Translate

Rabu, 25 Desember 2013

RESENSI "TERNYATA ADAM DILAHIRKAN"




judul buku       : Ternyata Adam Dilahirkan
penulis             : Agus Mustofa
penerbit           : Padma Press, Surabaya
cetakan            : pertama, 2007
tebal                : 255 halaman
harga               : Rp 60.000
peresensi          : Nengsih Komalasari
            ketika mendengar atau membaca judul buku ini, saya yakin pembaca bertanya-tanya mengenai siapa ibunya ?, siapa orang tuanya ?, dimana dilahirkannya ? dan seputar itu.
kisah Adam dan hawa sudah sedemikian melegenda. Sehingga hampir semua kita menerima begitu saja. Meskipun banyak diantara cerita itu yang tidak masuk akal. Ya, legenda memang tidak harus masuk akal, cukup kita terima saja.
            Di antara yang sering kita dengar adalah bahwa Adam diciptakan Tuhan dari tanah liat yang dibentuk seperti boneka. Kemudian di tiupkan kepadanya ruh, sambil diucapkan kun fayakun. Maka jadilah Adam manusia dewasa yang hidup seketika itu juga. Selanjutnya Adam ditempatkan di dalam surga, ia hidup sendirian di dalam taman dan istana yang indah. Tapi ia merasa kesepian karena tidak ada kawannya. Maka Tuhan pun menjadikan calon istrinya, Hawa. Caranya, Tuhan mengambil salah satu tulang rusuk Adam. Kepada tulang rusuk itu Tuhan mengucapkan kata yang sama kun maka jadilah Hawa manusia dewasa yang hidup.
            Sejak 15 abad yang lalu Al-Qur’an telah menginformasikan bahwa manusia mengalami proses penciptaan bertahap. Mulai dari tanah sampai menjadi bayi yang dilahirkan. Kini Agus Mustofa menyajikannya dalam buku yang spektakuler ini.
            Bertolak pada QS. Al-Baqarah [2]: 30 dan QS. Al-a’raf [7]: 11
sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu sekalian, lalu kami bentuk tubuh kalian, kemudian Kami katakan pada malaikat: “bersujudlah kamu kepada Adam” maka merekapun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud .” (QS. Al-A’raf [7]: 11)
 ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat “sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi .” mereka berkata: mengapa Engkau hendak menjadikan di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah. Padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau? Tuhan berfirman: sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui .” (Al-Baqarah [2]: 30).

Pada QS. Al-A’raf Allah mengatakan bahwa kami telah menciptakan kamu sekalian lalu Kami bentuk tubuh kalian –karena dhomir kum pada kata kholaqnakum dan showarnakum menunjukkan jamak—artinya waktu itu Allah sudah menciptakan banyak manusia di bumi. Baru kemudian memerintahkan untuk bersujud kepada Adam. Namun sayangnya dalam kitab terjemahan bahasa Indonesia kata kum itu ditafsiri sebagai Adam. Di sebelah kata ‘kamu’ diberi penjelasan dengan kata dalam kurung (Adam). Padahal kita tahu bahwa kum adalah bermakna jamak—kalian semua.
Kemudian kita lihat ayat berikutnya QS. Al-Baqarah [2]: 30. Ayat ini sering dipakai oleh sebagian besar kita untuk menjelaskan bahwa Adam adalah manusia pertama. Padahal justru ayat ini menunjukkan bahwa Adam bukanlah manusia pertama. Melainkan adalah salah satu manusia yang terpilih dari sekian banyak manusia yang telah ada pada jaman itu.
Ungkapan ‘sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi’. Kalimat tersebut tidak menggunakan kata ‘menciptakan’ (khalq) melainkan menggunakan kata ‘menjadikan’ (ja’ala). Jadi bukan mengadakan dari “tidak ada”  menjadi “ada”, melainkan “memilih” dari yang sudah ada untuk menjadi khalifah bagi umat manusia pada jaman itu.
Kemudian penulis juga mengambil dari QS. Ali imran [3]: 59 “sesungguhnya masalah (penciptaan) isa di sisi Allah adalah seperti penciptaan Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: ‘jadilah’, maka jadilah ia .
Ada dua hal yang harus dicermati dari ayat diatas. Pertama adalah analogi isa dan Adam. Allah menyamakan proses penciptaan isa dan adam. Maka Isa dan Adam diciptakan dari tanah (turab) kemudian diucapkan kepadanya kun maka jadilah ia. Dari sini kita tahu bahwa ketika Allah mengatakan kun, penciptaan itu ternyata berproses. Sebagaimana isa yang dilahirkan ibunya, keduanya dibuat analogi, maka kita memperoleh kesimpulan sementara bahwa Adam pun dilahirkan sebagaimana Isa.
            Selain itu dari QS. Al-hijr [5]: 28-30. Penulis mengatakan bahwa Allah juga mengungkapkan perbedaan al-insan dan al-basyar. Yang Allah ciptakan dari tanah liat kering yang berlumpur itu adalah basyaron, yaitu species manusia sebelum al-insan, atau nenek moyang al-insan yang memang sudah ada selama jutaan tahun sebelumnya.
            Kemudian ayat berikutnya—ayat 30—memberikan penjelasan bahwa basyaran  itu masih harus disempurnakan lagi oleh Allah, agar menjadi al-insan. Jadi keliru kalau kita menafsiri ayat tersebut sebagai proses penciptaan Adam—manusia pertama—dari tanah liat. Karena konteks diatas adalah cerita tentang penciptaan al-basyar secara kolektif, yang ditumbuhkan oleh Allah dari tanah bumi.
            Jadi kesimpulannya, essensi dari buku Ternyata Adam Dilahirkan bukanlah menyebutkan adam di lahirkan oleh siapa? lalu ibunya siapa? orangtuanya siapa?  keluarganya keturunan mana? Tetapi, isi buku ini lebih kepada bagaimana ayat Al-Qur’an menerangkan proses penciptaan Adam, yang mana penciptaan Adam selalu disamakan dengan penciptaan manusia pada umumnya.
            Kelebihan dari buku Ternyata Adam Dilahirkan yaitu, buku ini membawa pembaca untuk berfikir kritis dan berfikir lebih tajam, serta secara tidak langsung pembaca diajak untuk mengkaji Al-qur’an lebih dalam lagi. Buku ini memang terlihat kontradiksi dengan pemahaman kita selama ini, tetapi jika dicermati dengan seksama, ternyata apa yang dikatakan oleh penulis, begitu rasional, dan bisa dipahami dengan baik.
            Kekurangannya, dengan disuguhkan persoalan seperti dalam buku ini, di satu sisi pembaca diajak kritis, tetapi implikasinya muncul pertanyaan-pertanyaan yang mungkin tidak ada ujungnya. Sekalipun penulis sudah menjabarkan secara gamblang mengenai proses penciptaan adam, tetapi tetap saja di benak pembaca masih mengganjal dengan pertanyaan ,” lalu siapakah ibu yang melahirkannya ?” dan jika memang Adam bukanlah manusia pertama, lalu nenek moyang manusia selama ini yang diciptakan paling pertama itu siapa ? mengapa tidak dimuat di dalam Al-Qur’an, padahal Al-qur’an itu kitab yang sangat lengkap tentang makhluk Tuhan.
            Selain itu penulis tidak mencantumkan referensi satu pun di dalam karya nya, sehingga ada dua kemungkinan anggapan pembaca. Pertama, pembaca ragu dengan buku ini, apakah buku ini benar-benar bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya, ataukah tidak. Kedua, pembaca menganggap bahwa penulis adalah filusuf yang mencari kebenaran dengan logikanya sendiri, tanpa bantuan orang lain (referensi).
            Terlepas dari kelebihan dan kekurangan buku ini, perensensi pribadi memberikan aspirasi kepada penulis atas karya-karya nya yang menarik untuk di kaji dan di diskusikan. Sehingga membuat peresensi (khususnya) antusias untuk membaca buku-buku karya penulis lainnya.
            Wallohu a’alam bisshowab….

Jumat, 20 Desember 2013

PREDICAMENT



PREDICAMENT
Predicament adalah menjelaskan atau menerangkan keadaan sesuatu, predicament ini berkaitan dengan 10 kategori yang dikemukakan oleh Aristoteles.
Kata kategori dikemukakan oleh Aristoteles yang berasal dari categoriae yaitu menguraikan keadaan. Menurut Aristoteles, kategori ini ada 10. Yang 10 ini terbagi dua
1.      Essensi: substansi atau hakikat dari sesuatu
2.      Aksidensi: sifat yang melekat pada substansi
Aksidensi ini yang terdiri dari 9 kategori,
1.      Kualitas: nilai dari substansi
2.      Kuantitas: jumlah dari substansi (satu, sebagian, setengah, seluruh)
3.      Ruang: tempat terdiamnya substansi
4.      Waktu: durasi yang diperlukan untuk berubahnya substansi
5.      Relasi: keterkaitan antara substansi dengan lingkungan
6.      Kedudukan: posisi atau sikap substansi
7.      Kepunyaan: sesuatu yang dimiliki substansi
8.      Aksi: tindakan yang dilakukan substansi
9.      Passi: akibat yang dilakukan substansi
Jadi, 10 kategori Aristoteles itu adalah:
1.      Substansi
2.      Kualitas
3.      Kuantitas
4.      Ruang
5.      Waktu
6.      Relasi
7.      Kedudukan
8.      Kepunyaan
9.      Aksi
10.  Passi
Contoh: manusia
1.      Substansi: manusia adalah hewan yang berfikir
2.      Kualitas: berfikir, bisa mempertimbangkan yang baik dan yang buruk,
3.      Kuantitas: sangat banyak sekali (di seluruh dunia)
4.      Ruang: sebagian dari hamparan bumi
5.      Waktu: semenjak nabi adam diciptakan atau semenjak terjadinya teori evolusi
6.      Relasi: hubungan timbal balik dengan sesama manusia, dengan hewan, tumbuhan dan alam semesta
7.      Kedudukan: sebagai khalifah di muka bumi
8.      Kepunyaan: akal
9.      Aksi: berinteraksi dengan sesama manusia, hewan, tumbuhan, dan alam semesta
10.  Passi: menjadi makhluk yang paling sempurna diantara makhluk yang ada di bumi.
Dari pernyataan-pernyataan diatas kita bisa menyusunnya menjadi sebuah artikel.
MANUSIA
            Manusia adalah sejenis hewan yang berfikir, karena Tuhan menganugrahkan akal kepadanya. Dengan akalnya pula mereka bisa mempertimbangkan antara yang baik dan yang buruk.
            Manusia muncul semenjak nabi Adam diciptakan oleh Tuhan, namun ada juga yang berpendapat bahwa manusia muncul semenjak terjadinya evolusi, yakni manusia berevolusi dari seekor kera. Sehingga dikatakan bahwa nenek moyang manusia adalah kera.
            Manusia adalah makhluk yang jumlahnya sangat banyak sekali, terdapat di seluruh dunia, mereka menempati sebagian hamparan bumi ini. Mereka berinteraksi dengan sesama makhluk hidup di bumi ini baik dengan sesama manusia, dengan hewan, dan tumbuhan. Karena mereka tidak bisa hidup tanpa berhubungan dengan semua itu. Sehingga terjadilah hubungan timbal balik antara manusia dengan manusia, manusia dengan hewan, manusia dengan tumbuhan, begitupun antara manusia dengan alam semesta.
            Oleh sebab manusia dianggap makhluk yang paling sempurna di banding dengan makhluk yang lain yang ada di muka bumi ini, maka manusia di angkat sebagai khalifah di muka bumi, yang harus mengendalikan dan memanfaatkan fasilitas yang ada.
Dengan mempelajari predicament kita akan dapat dengan mudah menyusun sebuah artikel.

Kamis, 12 Desember 2013

PREDICABLE

Predicable adalah nama jenis-jenis predikat dalam hubungannya dengan subyek. Predikat, seperti yang telah kita ketahui, adalah bagian dari proposisi yang menyatakan bahwa ia mempunyai hubungan dengan subyek atau tidak. Ada berbagai hubungan antara subyek dan predikat. Hubungan inilah yang disebut predicable.[1]
Aristoteles mengatakan bahwa ada empat jenis predicable, yaitu propium, definisi, genus, dan accident. Prophyrry, seorang ahli filsafat penganut Neo-Platonisme mengemukakan lima jenis predicable, yaitu genus, species, differentia, propium, dan accident. Menurut prophyrry hubungan antara subyek dan predikat haruslah merupakan salah satu dari lima jenis predicable yang disebutkan diatas. Dengan kata lain, predikat itu biasa merupakan genus, spesies, differentia, propium, atau accident dari subyek. Haruslah diingat bahwa kedalam klasifikasi predicable diatas tidak termasuk term-tern khusus karena ahli-ahli logika tradisional berpendapat bahwa term-term khusus tidak bisa menjadi predikat.[2]
Singkatnya predicable adalah menjelaskan keadaan predikat dalam sebuah proposisi atau kalimat. Predicable fungsinya adalah untuk mempermudah membuat definisi.
  1. Genus kumpulan sesuatu yang mempunyai sifat yang sama. Ex: Andi adalah hewan
  2. Species: sesuatu yang mempunyai sifat tersendiri. Ex: Andi adalah manusia
  3. Differensia: sifat yang membedakan antara spesies yang satu dan spesies yang lain. Ex: Andi adalah berfikir
  4. Propium: sifat yang merupakan pengembangan dari differensia. Ex: Andi adalah pintar
  5. Accident: sifat yang melekat secara tiba-tiba. Ex: Andi adalah tampan.
Contoh
Genus
Species
Differensia
Propium
Accident
Hewan
Manusia
Berfikir
Pintar
Tampan

Monyet
Memegang dengan kaki
Makan dengan kaki
Kurus

Kuda
Berkuku tunggal
Berlari kencang
Juara

Dengan merangkai terlebih dahulu predicable, sehingga kita akan mudah untuk membuat definisi. Rumusnya adalah definisi= speciesรจgenus + differensia.
Misalnya definisi manusia. Manusia adalah hewan yang berfikir
Contoh lain
genus
Spesies
Differensia
Propium
Accident
Emosi
Cinta
Perasaan kasih sayang yang tulus
Tanpa pamriih
Berbunga-bunga


Marah
Perasaan menjengkelkan
Ekspresi dengan raga
Diam, dan cemberut

Benci
Perasaan dengan penuh kekecewaan
Tanpa memaafkan
Menghindar, tanpa tegur sapa



[1] Partap sing Mehra, MA dan Drs. Jazir Burhan dalam buku Pengantar logika tradisional hlm.24
[2] Ibid.