Translate

Sabtu, 19 September 2015

Kampung Naga, Kampung Tradisi Yang Unik




Kampung Naga
Kampung tradisi yang unik
Orisinalitas dan kesederhanaan Kampung Naga masih sangat terasa. Betapa tidak, di zaman yang gemerlap ini, Kampung Naga, desa Neglasari, Tasikmalaya ini tidak menggunakan listrik. Mereka bertahan hidup tanpa menggunakan segala fasilitas yang berkaitan dengan listrik. Selain itu, mereka juga tidak menggunakan kendaraan. Mungkin orang berpikir apakah pemerintah tidak memperhatikannya? Tapi ternyata fakta sesungguhnya adalah warga Kampung Naga sendiri yang menolak semua itu. Pemerintah bukan tidak menawarkan fasilitas infrastruktur seperti jalan, dan listrik. Akan tetapi warga Kampung Naga sendiri yang menolak.
Mereka mempunyai visi dan misi tersendiri dalam menjalani kehidupan. Mereka menolak menggunakan listrik dan jalan yang bisa dilewati kendaraan untuk menjaga agar tidak ada kesenjangan sosial. Mereka meyakini pamali untuk pergi ke hutan tertentu yang dinamakan dengan leuweung larangan adalah untuk menjaga kelestarian alam. Karena sekali manusia pergi ke hutan, hutan itu akan menjadi rusak. Kemudian mereka melakukan ritual-ritual tertentu di makam karuhun (leluhur) adalah tanda menghormati dan mengenang jasa-jasa para leluhur terdahulu. Dan tradisi-tradisi lain yang dilakukan di hari-hari tertentu seperti hari raya Iedul Fitri, Iedul Adha, 1 Muharam, Muludan, Rajaban dan sebagainya adalah tanda bahwa mereka taat beribaah kepada Tuhan.
Banyak budaya-budaya terdahulu yang tetap dilestarikan di Kampung Naga. Mereka senantiasa menolak modernisasi. Dan mereka tidak tergiur dan terseret oleh perubahan zaman. Akan tetapi dibalik semua kesederhanaan ini terdapat nilai-nilai yang berharga. Yang sudah banyak diabaikan oleh masyarakat kota pada umumnya.
Kali ini saya dan teman-teman berkunjung ke tempat tersebut. Sebenarnya kedatangan saya dan teman-teman ke Kampung ini dalam rangka penelitian, oleh karena itu kami harus menginap di sana. Saya menginap di salah satu rumah warga. makanya saya bisa mengalami sendiri kehidupan di Kampung Naga. Saya bisa memperhatikan bagaimana mereka berinteraksi, aktivitas-aktivitas yang biasa mereka lakukan dan fasilitas-fasilitas apa saja yang mereka gunakan. Benar-benar mengagumkan.
Kini tempat ini sudah dikenal luas oleh masyarakat, sehingga banyak para wisatawan baik lokal maupun mancanegara yang berkunjung ke Kampung Naga. Luar biasa. Sebenarnya jika tempat ini dikelola dengan baik sebagai sektor wisata, hal ini bisa meningkatkan perekonomian warga sekitar. Karena dengan banyaknya pengunjung, mereka mempunyai peluang untuk menjual sesuatu seperti makanan, minuman, souvenir atau kerajinan-kerajinan tangan khas Kampung Naga. Akan tetapi dari segi administrasi masuk, masih tidak dikenakan biaya alias gratis saat sampai saya pergi kesana.
Jika mau pergi kesana, saya sarankan untuk menginap di rumah salah satu warganya. Karena pengunjung akan merasakan sendiri bagaimana mereka hidup. Kita akan disuguhi makanan-makanan tradisional seperti ubi, opak, dodol yang dibungkus dengan daun jagung, dan sebagainya. Di malam hari juga kita akan merasakan bagaimana sunyinya tanpa listrik. Di dalam rumah hanya menggunakan lampu lentera sebagai penerang. Tidak ada lampu listrik, tidak ada televisi, dan tidak ada tempat mencharge handphone. Jadi kalau kehabisan batere handphone, tenggelamlah dalam kesunyian di malam hari. Tapi disinilah nikmatnya. Kita bakal merasakan kenikmatan tersendiri suasana di Kampung Naga.
Satu lagi, di rumah tidak ada kamar mandi. Tidak ada satu rumahpun yang memiliki kamar mandi di dalam. Kita akan temukan tempat mandi di atas kolam ikan. Tempatnya relatif terbuka, tanpa atap, dan sekelilingnya hanya di tutupi dengan anyaman bambu. Walaupun demikian, akan tetapi tetap amantidak ada orang-orang jahil.
Jika ditanya kenapa tidak ada satupun yang mempunyai kamar mandi di dalam rumah, mereka mempunyai alasan tersendiri, Bapak kuncen mengatakan bahwa dengan seringnya ke kamar mandi, yang di luar rumah, setiap orang bisa bertemu dan bertegur sapa dengan tetangganya. Hal ini menjadikan hubungan dan komunikasi setiap orang tetap terjaga dan mengalir dengan hangat setiap harinya.

Pulau Tidung, Eksotisme Alam Utara Jakarta



Eksotisme Alam Utara Jakarta
kepulauan seribu
Pulau Tidung, Eksotisme alam sebelah utaraJakarta
            Ketika mendengar kata Jakarta, yang terbayang dibenak saya adalah kota padat metropolitan, dan berpolusi. Padahal di belahan Jakarta lain ternyata tersimpan suatu eksotisme alam yang luar biasa. Siapa sih yang tidak kenal dengan Kepulauan Seribu. Kepulauan Seribu yang berada di utara Ibukota ini mempunyai daya tarik wisatawan yang luar biasa.
Sebelumnya saya tidak pernah mendengar kepulauan seribu. Berawal dari sebuah acara yang diadakan oleh komunitas. Acara tersebut dilaksanakan di Pulau Tidung Kepulauan Seribu Jakarta. Teman-teman saya bilang kalau Pulau Tidung itu indah. Jadi seusai acara kita bisa bermain di Pulau Tidung. Pada saat itu saya masih mengira bahwa Pulau Tidung adalah wisata buatan seperti Dufan.
Saya dan teman-teman tiba di Muara Angke pada pagi hari untuk kemudian melanjutkan perjalanan laut selama kurang lebih 2 jam. Saya sangat tidak suka berlama-lama di Muara Angke. Bau ikan yang menyengat membuat saya mual. Disinilah saya baru tahu kalau Jakarta mempunyai perairan dan mempunyai banyak pulau, bukan melulu kemacetan.
Sebagai orang yang pertama kali melintas di laut, saya terhipnotis dengan hamparan air yang membiru. Beberapa lama kemudian saya serasa berada di atas lukisan. Pandangan saya hampir keliru, bukan keliru karena fatamorgana, akan tetapi keliru oleh hamparan air laut yang tenang tiada berombak. Mata saya lelah melihat keindahannya. Pulau-pulau kecil tanpa penghuni kami lewati satu persatu. Hingga perlahan-lahan kami mulai melihat ada sebuah gundukan yang memanjang di depan kami. Semakin dekat semakin terlihat, semakin besar dan jelas. Itulah pulau yang kami tuju yaitu Pulau Tidung.
2 jam sudah kami berada di atas hamparan “lukisan”. Sejak tadi teman-teman saya tertidur pulas di dalam kapal, mungkin karena takut muntah. Karena ternyata di dalam kapal itu pusing. Untuk menghindari mual saya melihat keluar. Saya akan sangat menyayangkan jika saya tidur di dalam kapal. saya tidak akan menikmati keindahannya. Oleh karena itu saya tetap melek walaupun lelah, saya ingin memuaskan mata saya memandang hamparan biru ini, sambil memastikan bahwa saya berada di atas air dan bukan di atas lukisan.
Tibalah saya di depan papan bertuliskan “Welcome to Drugs Free Zone Tidung Island   ”. lagi-lagi saya terhipnotis dengan hamparan yang menghijau. Ternyata jika laut semakin dangkal warna airnya menjadi hijau, ditambah dengan deretan pohon-pohon kecil yang menjadi batas pulau. Semakin cocok untuk menjadi objek photografi. Kamera di tangan saya beberapa kali mengcapture bagian itu, untuk memastikan gambar yang lebih bagus untuk di upload nanti.
Kami memilih untuk menginap, karena acara akan dilaksanakan malam hari, dan agar siang hari kami bisa memuaskan diri untuk bermain. Penginapan yang ternyata sepaket dengan sepeda membuat saya semakin kegirangan, karena saya sangat senang bersepeda. “Wahh ini dia yang aku tunggu, bersepeda di pantai”.
Saat teman-teman istirahat di penginapan, saya rebahan sebentar untuk menurunkan suhu tubuh akibat tersorot ultraviolet di luar. Tapi tidak lama saya rebahan. Saya ingin segera mencoba bersepeda di pantai, walaupun saya suka khawatir kulit menjadi gelap, pada waktu itu saya memilih mengabaikan ultraviolet yang terus menyorot di tengah hari.
Ah riangnya hatiku, bersepeda di bawah pohon kelapa yang nyiur di pantai. Melambai-lambai mengajakku menari. Tak luput juga dari pandanganku kelomang-kelomang mungil yang sedang bermain di atas pasir pantai yang putih.
Setelah beberapa lama istirahat. Kami semua pergi untuk snorkeling. Inilah kali pertamanya saya bermain air laut seperti ini. ternyata keselek air laut itu lebih sakit, karena kadar garamnya mungkin ya. Walaupun snorkeling di tempat yang dangkal, akan tetapi tetap menyenangkan, karena masih bisa ditemukan ikan-ikan nemo yang mungil dan karang-karang yang masih hidup.
Setelah puas snorkeling, ternyata kami masih mempunyai satu destinasi penting lagi. Bridge Jumping. Ya kami akan ke Bridge Jumping atau terkenal dengan Jembatan Cinta. Disinilah momen penting itu. Ada yang masih belum tahu Bridge Jumping seperti saya waktu itu ? Bridge Jumping adalah nama lain dari Jembatan Cinta. Akan tetapi Bridge Jumping lebih mengarah kepada lengkungan ke atas dari jembatan itu, yang biasa dipakai untuk adu adrenalin alias loncat dari atas jembatan. Ketinggiannya kurang lebih 3-5 meter di atas permukaan laut, tergantung pasang atau surutnya air laut. Daya tarik dari jembatan ini adalah karena jembatan ini menghubungkan dua pulau yaitu Pulau Tidung Besar dan Pulau Tidung Kecil. Terbentang sepanjang 800 meter. Oleh karena itu banyak orang yang tidak sanggup untuk melanjutkan perjalanan ke Pulau Tidung Kecil melalui jembatan, kebanyakan dari mereka kecapean dan kembali lagi, termasuk saya hehehe. Tapi tidak jarang juga orang yang berhasil sampai ujung jembatan itu, dan disana mereka menikmati hamparan pasir putih yang lebih bagus, termasuk beberapa teman saya. Uniknya Jembatan Cinta ini terkenal dengan mitos bahwa jika sepasang kekasih yang pergi kesana, maka hubungan mereka akan langgeng. Terserah mau percaya atau tidak. Satu fakta uniknya lagi tentang Jembatan Cinta adalah sebagai Bridge Jumping alias sebagai tempat adu adrenalin. Apa maksudnya ? maksudnya para wisatawan biasanya loncat dari atas jembatan itu. Hal yang menjadi kesan tersendiri bagi wisatawan yang mencoba loncat. Karena saya orang yang suka penasaran dan suka mencoba, akhirnya saya loncat walaupun sebelumnya saya ketakutan saat melihat ke bawah. Sebenarnya yang saya lakukan bukan loncat sih tetapi menjatuhkan diri sambil merem, saya tidak kuat kalau harus buka mata. Saat beberapa detik di udara, saya serasa kehilangan nyawa dan entah kemana, namun tiba-tiba saya sudah berada di dalam air dan cesssss kepala saya muncul di permukaan. Sungguh memacu adrenalin.
Yang membuat saya akhirnya loncat juga, saya melihat banyak orang dan teman-teman saya sudah loncat. Saya perhatikan ternyata mereka selamat walaupun mereka juga ketakutan pada awalnya. Sehingga saya berpikir bahwa saya juga pasti selamat seperti mereka. So bagi kamu yang ke Pulau Tidung, jangan lewatkan Jembatan Cinta, dan jangan lupa untuk loncat dari Bridge Jumping, (kecuali yang mempunyai penyakit tertentu) dijamin puas dan mendapatkan kesan tersendiri.
Sesungguhnya destinasi di kepulauan seribu ini masih banyak. Seperti Pulau Payung, Pulau Pramuka, Pulau Untung Jawa dan masih banyak lagi. akan tetapi Pulau Tidung inilah yang merupakan pulau terbesar sekaligus ranking pertama dalam keindahannya.