Kampung Naga |
Orisinalitas
dan kesederhanaan Kampung Naga masih sangat terasa. Betapa tidak, di zaman yang
gemerlap ini, Kampung Naga, desa Neglasari, Tasikmalaya ini tidak menggunakan
listrik. Mereka bertahan hidup tanpa menggunakan segala fasilitas yang
berkaitan dengan listrik. Selain itu, mereka juga tidak menggunakan kendaraan.
Mungkin orang berpikir apakah pemerintah tidak memperhatikannya? Tapi ternyata
fakta sesungguhnya adalah warga Kampung Naga sendiri yang menolak semua itu. Pemerintah
bukan tidak menawarkan fasilitas infrastruktur seperti jalan, dan listrik. Akan
tetapi warga Kampung Naga sendiri yang menolak.
Mereka
mempunyai visi dan misi tersendiri dalam menjalani kehidupan. Mereka menolak
menggunakan listrik dan jalan yang bisa dilewati kendaraan untuk menjaga agar
tidak ada kesenjangan sosial. Mereka meyakini pamali untuk pergi ke
hutan tertentu yang dinamakan dengan leuweung larangan adalah untuk
menjaga kelestarian alam. Karena sekali manusia pergi ke hutan, hutan itu akan
menjadi rusak. Kemudian mereka melakukan ritual-ritual tertentu di makam karuhun
(leluhur) adalah tanda menghormati dan mengenang jasa-jasa para leluhur
terdahulu. Dan tradisi-tradisi lain yang dilakukan di hari-hari tertentu
seperti hari raya Iedul Fitri, Iedul Adha, 1 Muharam, Muludan, Rajaban dan
sebagainya adalah tanda bahwa mereka taat beribaah kepada Tuhan.
Banyak
budaya-budaya terdahulu yang tetap dilestarikan di Kampung Naga. Mereka
senantiasa menolak modernisasi. Dan mereka tidak tergiur dan terseret oleh
perubahan zaman. Akan tetapi dibalik semua kesederhanaan ini terdapat
nilai-nilai yang berharga. Yang sudah banyak diabaikan oleh masyarakat kota
pada umumnya.
Kali
ini saya dan teman-teman berkunjung ke tempat tersebut. Sebenarnya kedatangan
saya dan teman-teman ke Kampung ini dalam rangka penelitian, oleh karena itu
kami harus menginap di sana. Saya menginap di salah satu rumah warga. makanya
saya bisa mengalami sendiri kehidupan di Kampung Naga. Saya bisa memperhatikan
bagaimana mereka berinteraksi, aktivitas-aktivitas yang biasa mereka lakukan
dan fasilitas-fasilitas apa saja yang mereka gunakan. Benar-benar mengagumkan.
Kini
tempat ini sudah dikenal luas oleh masyarakat, sehingga banyak para wisatawan
baik lokal maupun mancanegara yang berkunjung ke Kampung Naga. Luar biasa.
Sebenarnya jika tempat ini dikelola dengan baik sebagai sektor wisata, hal ini
bisa meningkatkan perekonomian warga sekitar. Karena dengan banyaknya
pengunjung, mereka mempunyai peluang untuk menjual sesuatu seperti makanan, minuman,
souvenir atau kerajinan-kerajinan tangan khas Kampung Naga. Akan tetapi dari
segi administrasi masuk, masih tidak dikenakan biaya alias gratis saat sampai
saya pergi kesana.
Jika mau pergi kesana, saya sarankan untuk menginap di rumah salah
satu warganya. Karena pengunjung akan merasakan sendiri bagaimana mereka hidup. Kita akan disuguhi makanan-makanan tradisional seperti ubi, opak, dodol yang
dibungkus dengan daun jagung, dan sebagainya. Di malam hari juga kita akan
merasakan bagaimana sunyinya tanpa listrik. Di dalam rumah hanya menggunakan
lampu lentera sebagai penerang. Tidak ada lampu listrik, tidak ada televisi, dan
tidak ada tempat mencharge handphone. Jadi kalau kehabisan batere
handphone, tenggelamlah dalam kesunyian di malam hari. Tapi
disinilah nikmatnya. Kita bakal merasakan kenikmatan tersendiri suasana di Kampung Naga.
Satu
lagi, di rumah tidak ada kamar mandi. Tidak ada satu rumahpun yang memiliki
kamar mandi di dalam. Kita akan temukan tempat mandi di atas kolam ikan.
Tempatnya relatif terbuka, tanpa atap, dan sekelilingnya hanya di tutupi dengan
anyaman bambu. Walaupun demikian, akan tetapi tetap amantidak ada orang-orang jahil.
Jika ditanya kenapa tidak ada satupun yang mempunyai kamar mandi di dalam rumah, mereka mempunyai alasan tersendiri, Bapak kuncen mengatakan bahwa dengan seringnya ke kamar mandi, yang di luar rumah, setiap orang bisa bertemu dan bertegur sapa dengan tetangganya. Hal ini menjadikan hubungan dan komunikasi setiap orang tetap terjaga dan mengalir dengan hangat setiap harinya.
Jika ditanya kenapa tidak ada satupun yang mempunyai kamar mandi di dalam rumah, mereka mempunyai alasan tersendiri, Bapak kuncen mengatakan bahwa dengan seringnya ke kamar mandi, yang di luar rumah, setiap orang bisa bertemu dan bertegur sapa dengan tetangganya. Hal ini menjadikan hubungan dan komunikasi setiap orang tetap terjaga dan mengalir dengan hangat setiap harinya.