“wallohu
a’lam” satu kata yang tidak asing bagi seorang umat muslim. Kata ini biasa
di gunakan ketika di akhir diskusi keislaman, atau di akhir jawaban-jawaban,
opini-opini seseorang. Kata yang berarti “dan hanya Allah yang lebih
mengetahui”. Ungkapan ini menunjukkan bahwa manusia adalah lemah,
pengetahuan manusia adalah terbatas, manusia tak luput dari salah dan lupa.
Sejauh apapun ilmu seorang manusia, tidak akan menembus ilmu Tuhan yang
Mahapintar dan Maha Mengetahui, Mahacerdas, Maha Menguasai dan Maha segalanya.
Itulah bukti kerendahan manusia di hadapan Tuhan.
Tetapi
bagi sebagian orang, kata “wallohu a’lam” itu dijadikan perlindungan
atas ketidaktahuannya. Secara tidak langsung, kata tersebut membunuh karakter
dirinya untuk berfikir, karena dengan mengucapkan kata tersebut menurutnya
sudah cukup, tanpa harus mencari tahu dan menggali ilmu pengetahuan. Sehingga
kata tersebut dijadikan andalan untuk hal-hal yang tidak diketahuinya. Padahal
Allah sendiri menyuruh manusia untuk berfikir. Banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang
mengindikasikan bahwa manusia harus berfikir.... لَأَيَتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُوْنَ “...tanda-tanda
bagi kaum yang berfikir ”(ruum [30]: 21), ... لَأَيَتٍ لِّلْعَلَمِيْنَ “...tanda-tanda
bagi orang-orang yang mengetahui” (ruum [30]: 22), ...لَأَيَتٍ لِّقَوْمٍ يَعْقِلُوْنَ “...tanda-tanda bagi kaum yang mempergunakan akalnya”(ruum [30]: 24)
Dan masih banyak ayat-ayat lain yang memancing manusia
untuk berfikir. Dari ayat-ayat tersebut saja sebenarnya, kita mengetahui bahwa
islam itu tidak hanya di imani saja melainkan harus dipikirkan. Artinya
memikirkan ciptaan Tuhan, segala sesuatu yang diluar Tuhan itu boleh dipikirkan.
Banyak bukti-bukti empiris dari para ilmuwan Barat
misalnya yang penemuannya itu sejalan dengan apa yang ada di dalam Al-Qur’an.
Mereka menggunakan otaknya dan mengembangkan teknologi yang super canggih
sehingga dengan penemuan-penemuan mereka itu mereka bisa percaya dengan
Al-Qur’an. Bahkan ada hal yang begitu menggelitik bahwa ada ilmuwan yang tidak
percaya adanya Tuhan namun justru dia malah menemukan Tuhan dengan
penelitian-penelitiannya. Sementara kita sebagai umat muslim, tidak mau
berfikir dan mengembangkan potensi akal kita. Dengan mengucapkan “hanya
Allah yang lebih mengetahui” seolah-olah kita tidak perlu untuk tahu.
ungkapan “hanya allah yang mengetahui, manusia tidak akan pernah bisa menembus
pengetahuan dan ilmu Tuhan” bagi seorang ilmuwan adalah wajar, tetapi bagi kita
seorang yang tidak tahu apa-apa itu tidaklah wajar.
Kita bangga terhadap Al-Qur’an bahwa apa yang para
ilmuwan Barat temukan itu sudah ada loh di dalam kitabnya umat muslim.
Umat muslim seolah-olah sombong dan sudah tahu semuanya dari Al-Qur’an. Padahal
kebanyakan dari kita hanya sebatas tahu saja tidak pernah mendapatkan
bukti-buktinya, (hanya sedikit muslim saja yang memang mereka memikirkan
ciptaan Tuhan), dan yang memperparah lagi di balik itu ternyata kita justru
menunggu para ilmuwan Barat itu untuk menemukan penemuan-penemuan barunya yang
lebih hebat lagi.
Penulis tersentak, ketika membaca sebuah artikel di
sebuah blog. Isinya yaitu perdebatan yang memojokkan orang-orang theis
(berTuhan). Walaupun theis itu banyak, dan bukan hanya islam, tetapi kita
sebagai umat islam, tentunya kita umat theis.
Ada yang berkata bahwa orang-orang theis itu bodoh,
tolol dan bego. Orang-orang theis menjadikan Tuhannya sebagai tong sampah atas
ketidaktahuannya. Mereka membuang ketidaktahuannya kepada Tuhan mereka.
Mendengar hal tersebut tentunya orang-orang theis
tidak terima. Kita marah, kita benci, kita mengutuk orang-orang yang berkata
tersebut. Padahal di balik itu justru kita sering tidak menyadari dengan
kenyataan kita. Penulis sudah paparkan diatas bahwa kita harus berfikir, kita
tidak mau diinjak-injak, kita tidak mau dihina, maka dari itu pertama cobalah
kita renungkan diri kita sendiri. Lalu kita pikirkan alam semesta, karena hanya
ada dua hal, yaitu Tuhan dan alam semesta. Maka ketika kita memikirkan alam
semesta, itu sudah terlepas dari memikirkan Dzat Tuhan.
Terakhir, bukannya penulis melarang untuk berkata wallohu
a’lam tetapi mengingatkan kepada semuanya termasuk penulis sendiri,
janganlah ketika kita tidak tahu dan menyatakan bahwa hanya Allah yang Mahatahu
lantas kita tidak mencari tahu.